Rabu, 17 Mei 2023

SOLAR PANEL

 

Kapan Panel Surya Ditemukan? – Photovoltaic Serta Perkembangannya


Isu krisis energi merupakan salah satu dari berbagai isu lingkungan yang sedang kita hadapi saat ini. Hal tersebut mengakibatkan timbulnya peristiwa perubahan iklim maupun pemanasan global.

Untuk itu, penggunaan energi alternatif saat ini sangatlah krusial. Negara-negara di seluruh dunia berkontribusi untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan dari tahun ke tahun, salah satunya energi surya yang digunakan secara massal dalam bentuk produk panel surya.

Namun, apakah kamu sudah tahu sejak kapan pertama kali teknologi panel surya ditemukan? Berikut ini akan dibahas penemuan serta berbagai perkembangan teknologi sel surya dari masa ke masa.

Penemuan Pertama Teknologi Photovoltaic
Dibalik setiap teknologi, pasti ada seseorang yang pertama kali tidak sengaja menemukannya. Teknologi panel surya dikenal memiliki sebuah efek yang disebut efek fotovoltaik. Efek fotovoltaik ditemukan pada abad ke-18, tepatnya pada tahun 1839 oleh seorang ahli fisika asal Perancis bernama Alexandre Edmund Bacquerel.

Awalnya, efek fotovoltaik ini dicetuskan oleh Edmund Becquerel melalui percobaan penyinaran dua elektroda menggunakan berbagai spektrum cahaya. Kata photovoltaic merupakan gabungan dari dua istilah, yaitu photo atau cahaya, dan voltaic atau tegangan listrik. Arti photovoltaic merupakan proses pembentukan energi listrik dari energi cahaya.

Penemuan tersebut kemudian dikembangkan oleh Willoughby Smith. Penelitian tersebut mendapatkan hasil bahwa unsur selenium ternyata memiliki potensi photovoltaic yang bagus.

Beliau pertama kali mempublikasikan penemuannya dalam tulisan yang berjudul Effect of Light on Selenium during The Passage of an Electric Current, atau dalam bahasa Indonesia berjudul “Pengaruh Cahaya pada Selenium selama Perjalanan Arus Listrik”. Tulisan tersebut dipublikasikan dalam Nature pada tanggal 20 Februari 1873.

Penemuan Panel Surya Pertama
Beberapa tokoh lainnya juga melakukan berbagai cara untuk menyempurnakan teknologi photovoltaic ini. Sekitar setengah abad setelah itu, pada tahun 1876, seorang guru bernama William Grylls Adam dan muridnya Richards Evans Day juga memperkuat penelitian Alexandre Edmund Becquerel yang mengemukakan bahwa di dunia ini terdapat benda material padat, yakni selenium yang dapat menghasilkan energi listrik apabila selenium terkena sinar tertentu.

Kedua tokoh tersebut mendemonstrasikan efek fotovoltaik pada sambungan material platinum dan selenium. Meski hanya menghasilkan energi listrik dalam jumlah sedikit, namun percobaan ini sekaligus membuktikan bahwa energi listrik dapat dihasilkan dari energi cahaya.

Beberapa tahun kemudian di 1883, Charles Fritts dari New York menciptakan panel surya pertama berbasis selenium dibalut dengan lapisan tipis emas. Faktanya, panel surya buatannya tercatat memiliki efisiensi kurang dari 1%. Artinya, produk tersebut belum bisa dikatakan efisien untuk diaplikasikan dalam skala besar.

Penyempurnaan Panel Surya
Teknologi panel surya berhasil dikembangkan pada tahun 1941 oleh seorang peneliti bernama Russel Ohl. Menurut ilmuwan asal Amerika tersebut, sebuah panel surya dapat menghasilkan listrik apabila ditambahkan bahan semikonduktor di dalamnya, contohnya seperti silicon. Ketika silicon berkontak langsung dengan cahaya, maka dapat menimbulkan reaksi yang menghasilkan energi listrik.

Russel Ohl dikenal sebagai orang pertama yang menemukan sekaligus mematenkan teknologi panel surya atau solar cell. Faktanya, teknologi panel surya buatannya masih digunakan sampai sekarang, karena materi yang terkandung di dalamnya efisien untuk memproduksi energi listrik.

Masa Munculnya Industri Panel Surya
Teknologi panel surya terbaru yang kita pakai sekarang, diciptakan pada tahun 1954 oleh Bell Laboratories. Beberapa peneliti dibalik penemuan ini adalah Daryl Chapin, Calvin Souther Fuller, dan Gerald Pearson. Produknya dianggap sebagai perangkat praktis pertama yang dapat mengubah energi matahari menjadi listrik.

Namun, panel surya ini dianggap sangat mahal bagi masyarakat pada masa itu. Untuk memecahkan masalah tersebut, pada tahun 1973, University of Delaware menciptakan suatu bangunan panel surya pertama yang disebut Solar One. Uniknya, bangunan tersebut tidak menggunakan panel surya, tetapi mengintegrasikan cahaya matahari langsung ke dalam atap dengan mengkombinasikannya dengan tenaga termal.

Debut Solar One ini membuat pemerintah Amerika Serikat mulai melihat energi matahari sebagai pengganti atas masalah krisis energi yang melanda dunia. Pembuatan panel surya pun perlu dilakukan dengan harga yang lebih terjangkau. Oleh karena itu, pemerintah Amerika Serikat memfasilitasi berbagai penelitian demi menghasilkan inovasi tersebut. Disinilah era panel surya perlahan bergerak ke munculnya industri-industri panel surya berbasis silicon.

Saat ini, teknologi panel surya sudah banyak digunakan oleh berbagai sektor, seperti perumahan, gedung perkantoran, hotel, industri, maupun resort. Di Indonesia sendiri, sudah banyak juga komunitas serta asosiasi yang melakukan gerakan memberantas krisis iklim dengan menggencarkan penggunaan energi surya.

Wah, kita juga jangan sampai ketinggalan untuk mengikuti gerakan ini, serta mulai menerapkan penggunaan energi bersih untuk masa depan hidup kita yang lebih baik, ya.


Pasang Panel Surya, Komponennya Apa Aja?


Biasanya, pertanyaan yang paling sering diutarakan ketika ingin memasang panel surya, selain harga, yaitu apa saja barang yang didapat ketika mengeluarkan biaya sebesar sekian rupiah.

Oleh karena itu, artikel kali ini akan membahas mengenai sistem panel surya atau solar rooftop beserta komponen-komponen yang membentuk sistem tersebut.

Panel surya atau solar rooftop adalah salah satu sistem energi listrik yang bersumber dari cahaya matahari. Banyak orang yang berminat dengan salah satu jenis energi terbarukan ini dikarenakan sumber energinya yang mudah didapatkan dan tentunya gratis.

Sistem panel surya terdiri dari beberapa komponen, yaitu:

Panel Surya
Panel surya merupakan komponen utama yang berfungsi untuk menangkap cahaya matahari dan mengkonversikannya menjadi arus listrik searah atau Direct Current (DC) dengan menggunakan efek photovoltaic / PV.

Efek photovoltaic didefinisikan sebagai suatu fenomena munculnya voltase listrik akibat kontak dua elektroda yang dihubungkan dengan sistem padatan atau cairan saat diekspos dibawah energi cahaya. Oleh karena itu, panel surya sering disebut juga dengan sel photovoltaic (PV).

Salah satu hal yang dapat mempengaruhi performance dari sebuah panel surya adalah bahan pembuatnya. Karena itu, sebelum membeli, perlu diperhatikan terlebih dahulu apakah kualitas panel surya tersebut Tier 1, Tier 2, dsb. Kualitas juga berpengaruh terhadap daya tahan panel surya.

Inverter
Inverter adalah sebuah komponen yang berfungsi untuk menerima energi listrik Direct Current (DC) dari panel surya dan mengkonversikannya ke arus listrik bolak-balik atau Alternate Current (AC), yaitu energi listrik yang dipakai di rumah kita.

Dengan adanya Inverter tersebut, kelebihan listrik yang diperoleh dari sistem panel surya dapat disalurkan kembali ke jaringan listrik PLN. Sebagai penggantinya, besarnya listrik yang disuplai harus dibayar oleh PLN ke pengguna panel surya, tentunya dengan tarif yang telah disepakati sebelumnya.

Salah satu komponen ini juga harus diperhatikan sebelum dibeli, dikarenakan masing-masing perusahaan penyedia menawarkan Inverter dengan kualitas yang berbeda-beda. Pastikan membeli sistem dengan Inverter berkualitas Grade A.

Baterai
Baterai merupakan komponen tambahan dalam sistem panel surya. Apabila menggunakan baterai pada sistem panel surya, setiap kelebihan energi listrik yang dihasilkan dapat disimpan pada baterai untuk digunakan ketika sedang tidak ada cahaya matahari. Setelah baterai terisi penuh, kelebihan energi listrik selanjutnya dapat ditransfer ke jaringan PLN.

Penggunaan baterai lebih direkomendasikan untuk instalasi off grid, yaitu pemasangan panel surya di tempat yang tidak terdapat jaringan listrik PLN. Misalnya, resort di pulau, atau rumah-rumah di desa terpencil. Untuk bangunan yang terhubung dengan jaringan PLN, sebaiknya memilih instalasi on grid yang tidak menggunakan baterai.

Net Metering
Net Metering adalah sebuah komponen penghitung dimana listrik yang dihasilkan oleh panel surya dapat dikirim ke jaringan PLN, dan dapat digunakan kembali untuk konsumsi rumah tangga tersebut.

Di Indonesia, regulasi pemasangan Net Metering sudah diterbitkan oleh PLN dalam Peraturan 0733.K/DIR/2013, yang mewajibkan PLN untuk mengkredit energi yang dihasilkan oleh panel surya ke rekening pelanggan. Pelanggan dapat mengirim (ekspor) produksi listrik harian, dan sekaligus mengkonsumsi (impor) listrik dari PLN untuk digunakan kembali.

Untuk menerapkan Net Metering, rumah pelanggan akan dipasang alat pembaca meteran listrik dua arah (EXIM / Export-Import Metering).

Power Grid / Jaringan Listrik PLN
Hal ini pasti sudah tidak asing lagi. Power grid tersebut berfungsi menerima kelebihan energi yang dihasilkan oleh panel surya. Selain itu, jaringan PLN berperan penting untuk menyuplai energi listrik pada malam hari, dimana tidak ada cahaya matahari yang diserap oleh sistem panel surya.

Seluruh komponen yang sudah dibahas diatas, saling terintegrasi satu sama lain untuk menghasilkan energi listrik yang bisa kita gunakan sehari-hari untuk mengoperasikan peralatan elektronik di rumah, seperti lampu, televisi, kulkas, mesin cuci, komputer, dan lain-lain.

Sekali lagi, sebelum memasang panel surya di rumah, pastikan berkonsultasi dengan penyedia jasa yang menawarkan layanan menyeluruh, mulai dari komponen berkualitas, pemasangan, logistik, serta maintenance.

Cari jasa pemasangan panel surya all-in service? Hubungi Solar Warrior Indonesia di solar.warrior@s-energy.id. Kunjungi juga Instagram Solar Warrior untuk menambah wawasan tentang panel surya! @solar.warrior


Ketahui Cara Kerja Sistem Panel Surya, Studi Kasus, Hingga Harganya


Energi terbarukan menunjukkan eksistensinya dalam beberapa tahun belakangan ini, terutama energi surya. Masyarakat mulai mengenal regulasi pemasangan panel surya pada atap rumah, serta sudah mengetahui berbagai proyek di Indonesia yang menggunakan panel surya sebagai sumber listriknya.

Namun, khusus untuk perumahan di Indonesia, penggunaan panel surya belum banyak bila dibandingkan dengan sektor lain seperti commercial building maupun industri.

Ternyata, masih ada beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat belum menggunakan panel surya sebagai alternatif sumber listrik, diantaranya cara kerja sistem tersebut, komponennya, bahkan harga panel itu sendiri.

Oleh karena itu, berikut ini akan dipaparkan secara jelas mengenai cara kerja sistem panel surya sebagai sumber listrik pada perumahan.

Cara Kerja Sistem Panel Surya Pada Rumah
Pertama, cahaya matahari diserap oleh sel-sel yang terdapat pada panel surya dan kemudian diubah menjadi energi listrik DC (Direct Current) atau arus searah.

Listrik DC dari panel surya tersebut dikelola oleh sebuah inverter menjadi listrik AC (Alternating Current) atau arus bolak-balik.

Listrik AC tersebut adalah sumber yang selanjutnya dapat digunakan untuk menyalakan peralatan elektronik di rumah, seperti lampu, televisi, mesin cuci, dan lain-lain.

Proses konversi energi yang dioperasikan oleh sistem panel surya tersebut akan berlangsung selama matahari muncul, yaitu dari pagi hingga sore hari. Sedangkan pada saat malam hari atau pada saat hujan, dimana cahaya matahari tidak terlihat, maka sumber listriknya diambil dari jaringan listrik PLN.

Listrik Dari Panel Surya Bisa Dijual Ke PLN
Untuk perumahan, metode pemasangan yang paling tepat adalah sistem panel surya yang terintegrasi dengan PLN.

Pada saat matahari sedang berada di puncaknya, panel surya akan menyerap cahaya matahari semaksimal mungkin sesuai dengan kapasitas yang dipasang.

Namun, ada kalanya kita jarang menggunakan peralatan elektronik pada saat-saat tertentu. Misalnya, kapasitas panel surya yang terpasang di rumah adalah 3.500 Wp. Tetapi, dalam satu bulan tertentu, konsumsi listrik kita hanya 2.000 watt.

Disini, kita bisa melihat bahwa energi yang dihasilkan dari panel surya melebihi konsumsi listrik. Apabila hal itu terjadi, maka tagihan listrik kita bisa dijual kembali ke PLN.

Oleh karena itu, komponen penting dari sistem ini adalah EXIM (export-import) meter. Meteran tersebut berfungsi untuk menunjukkan berapa listrik yang dibeli dan dijual. Jadi, tagihan listrik yang dibayarkan hanyalah selisihnya.

Biaya Sepadan Dengan Penghematan
Selain cara kerja, keraguan yang juga mendominasi masyarakat adalah mengenai harga sistem panel surya yang belum “ramah” di pasaran.

Padahal, jika diteliti lebih dalam, harga tersebut sudah termasuk dengan konsultasi, survey, keseluruhan komponen, pemasangan, pengantaran/logistik, serta maintenance. Selain itu, dijamin pula dengan lifetime panel surya yang biasanya bisa 25 tahun, serta inverter dengan lifetime selama 5 tahun. Belum lagi garansi-garansi lainnya yang diberikan oleh masing-masing perusahaan penyedia.

Disamping itu, ada beberapa studi kasus yang bisa dijadikan gambaran sebelum membeli sistem panel surya. Mulai dari kapasitas listrik yang berpengaruh terhadap luas area yang dibutuhkan untuk pemasangan panel surya. Jumlah panel yang dibutuhkan juga dapat diketahui beserta perkiraan produksi harian, bulanan, bahkan tahunan.

Setelah mempelajari studi kasus tersebut, akan membuat kita lebih yakin bahwa pemasangan panel surya cocok untuk dijadikan investasi. Hal tersebut dikarenakan dengan memakai panel surya ini, listrik kita akan gratis menjelang tahun ke-9 atau ke-10.

Selain sebagai sumber energi bersih serta ramah lingkungan, panel surya bermanfaat sekali untuk masyarakat yang cemas dengan tagihan listrik yang terus meningkat tiap bulan. Apalagi ditambah dengan situasi saat pandemik ini, dimana sedang banyak aktivitas yang dilakukan di rumah.

Bumi kita saat ini sedang menikmati udara yang bebas polusi. Mengapa tidak kita lanjutkan dengan pemakaian energi bersih agar tetap bebas polusi? Let us help you to be sustainable.

Mau pelajari case study investasi panel surya? Ajukan ke solar.warrior@s-energy.id


Wajib Ketahui Ini Sebelum Pasang Panel Surya!


Sistem panel surya di Indonesia kini semakin marak diaplikasikan. Kamu bisa temukan pengaplikasiannya pada perumahan, lampu jalan, gedung perkantoran, hotel, maupun pabrik. Sistem panel surya bekerja dengan cara mengkonversi cahaya matahari menjadi energi listrik yang dapat digunakan untuk menyalakan peralatan elektronik di rumah. Sebelum memutuskan untuk mengaplikasikan solar panel di rumah, Solar Warrior punya tips apa saja yang perlu diketahui sebagai dasar pertimbanganmu agar produksi daya listrik menjadi lebih maksimal dan biaya pemasangan lebih efisien.

Lokasi Rumah
Lokasi rumah diperlukan untuk mengetahui potensi radiasi matahari yang dapat dimanfaatkan, karena setiap lokasi memiliki potensi radiasi matahari yang berbeda. Contohnya, apakah lokasi rumahmu di Jakarta, Surabaya, Bali, dsb.

Daya / Kapasitas Listrik Rumah
Paling penting nih. Gunanya untuk mengetahui berapa kebutuhan kapasitas panel surya yang dapat dipasang di atap rumah. Daya / kapasitas listrik juga dapat menjadi pedoman untuk menghitung biaya investasi solar panel. Misalnya, apakah daya listrik rumahmu sebesar 2200 VA, 3500 VA, atau 5500 VA. Kamu bisa cek secara pasti pada bukti pembayaran listrik PLN mu. FYI, menurut regulasi dari PLN, kuota maksimal kapasitas panel surya yang dapat dipasang adalah sama dengan kapasitas listrik yang terpasang di rumah. Jadi, jika sebuah rumah dayanya 3500 VA, maka kapasitas solar panel yang dapat dipasang juga sebesar 3500 watt atau 3,5 kWp.

Tagihan Listrik Bulanan
Perlu dicatat, ya. Solar panel hanya dapat dipasang pada rumah yang menggunakan listrik pascabayar. Hal ini dikarenakan sistem panel surya dilengkapi dengan export-import (EXIM) metering, yang berfungsi sebagai alat ukur untuk mengetahui daya listrik yang sudah terpakai dan yang belum terpakai. Jika saat ini rumahmu memakai listrik prabayar, maka kamu bisa mengajukan perubahan mekanisme pembayaran menjadi pascabayar terlebih dahulu. Bagi yang sudah pascabayar, kamu bisa mengajukan permohonan pemasangan PLTS kepada General Manager Unit Induk Wilayah/Distribusi PT PLN. Tenang saja, Solar Warrior siap membantu kamu untuk perizinan tersebut.

Luas Area pada Atap Rumah / Rooftop
Luas area pada atap rumah berpengaruh terhadap berapa jumlah panel yang dapat dipasang. Selain tu, area tersebut tidak boleh terhalang oleh suatu bayangan yang dapat menghalangi masuknya cahaya matahari, sehingga penyerapannya dapat bekerja secara maksimal. Contohnya, untuk solar panel berkapasitas 2,2 kWp membutuhkan lahan kurang lebih 13 m2. Perhitungan tersebut dapat kamu temukan di “Solar Warrior Saving Calculator”, cukup dengan mengakses website solarwarrior.co.id

So, sudah tau belum tipsnya? Ketahui terlebih dahulu tentang lokasi rumah, daya listrik, tagihan listrik per bulan, serta luas area pada atap rumah sebelum kamu memutuskan untuk memasang solar panel, ya. Hal tersebut sangat penting agar biaya investasi solar panel mu menjadi efisien, serta performa panel surya menjadi semakin maksimal. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar